Suatu pagi yang sunyi di Palestine, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya di tutupi oleh seng – seng. Itu adalah rumah yatim piatu dimana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang. Tiba – tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortar yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan – kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puing – puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.
Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak – anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis kecil itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama.
Perawat yang biasa berbicara bahasa Palestine mulai memanggil nama anak – anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu. beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak – anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat menerjemahkannya, “Apakah ada diantara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk gadis kecil ini ?!” Anak – anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yg berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon .
“Tolong .. apakah ada diantara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian, karena jika tidak ia akan meninggal !”
Akhirnya, ada seorang bocah laki – laki dibelakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfuse darah. Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah.
“Tenang saja,” kata perawat itu. “Tidak akan sakit kok..”
Lalu dokter mulai memasukkan jarum, ia mulai menangis.
“Apakah sakit ?!” Tanya dokter itu.
Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. “Aku telah menyakiti bocah ini ..” kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya. Setelah beberapa lama, proses transfuse darah telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu.
“Apakah sakit ?!”
bocah itu menjawab “Tidak, tidak sakit”
“Lalu kenapa kamu menangis ?!” , Tanya dokter itu.
“Karena aku sangat takut untuk meninggal,” Jawab bocah itu.
Dokter itu tercengang! “Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal ?!”
Dengan air mata dipipinya, bocah itu menjawab.
“Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darah ku!”.
Dokter itu tidak bisa bekata apa – apa, kemudian ia bertanya,
“Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal,
kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu ?”.
Sambil menangis ia berkata,
“Karena ia adalah Temanku dan aku mengasihinya!”.
So.. bagaimana dengan kalian ?.
Kalian pasti tau apa yg terbaik untuk teman.
You are the man.