Makna Insya Allah

topeng“Saya pernah mendapati orang yang membenci Islam berkata “Orang Islam plin-plan, ga tegas, kalo diminta berjanji bilangnya Insya Allah“.

Insya Allah, secara bahasa berarti ‘Jika Allah menghendaki’. Kalimat ini sudah sering digunakan seorang Muslim jika hendak berjanji melakukan sesuatu. Namun ternyata sekaran gkalimat ini telah mengalami banyak penyalah-gunaan. Banyak yang menggunakan mengidentikkan Insya Allah dengan keragu-raguan, bahkan ketidaksanggupan memenuhi janji. Misalnya ketika seseorang diajak ke kajian nanti malam, “Akhi, nanti malam ikut kajian ya..” Dia menjawab “Wah, sepertinya saya ada tugas, Insya Allah deh..”. Padahal si akhi ini sebenarnya tidak bisa mengikuti kajian, namun karena tidak enak hati menolaknya maka ia mengatakan Insya Allah. Ini tidak benar.
Jika melihat dalilnya:
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu ’sesungguhnya aku akan mengerjakan esok,’ kecuali (dengan mengucapkan) insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah ‘mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” (QS Al-Kahfi: 23-24).

Di ayat tersebut Allah memerintahkan ucapan semacam “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” harus diikuti dengan ucapan Insya Allah. Sedangkan ucapan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” adalah ucapan kepastian, keyakinan diri dapat melakukan, bukan ucapan keragu-raguan. Maka Insya Allah adalah penegas ucapan kepastian dan keyakinan. Bukan keragu-raguan.

Namun yang istimewa, kalimat Insya Allah menunjukkan tawakkal. Bahwa Allah-lah yg Maha Menentukan sesuatu kejadian. Manusia hanya berencana dan berikhtiar, Allah yang menentukan hasilnya. Manusia terlalu lemah untuk mengucapkan ‘pasti’, karena ALlah dapt berkehendak lain. Maka, benar bila ada yang mengatakan Insya Allah itu 99,99% pasti. Hampir 100%. Yang 0,01% adalah faktor X yang merupakan kehendak lain dari Allah yang memang bisa mengubah 99,99% lainnya.

Maka, bila tidak yakin atau tidak dapat memastikan maka cukup katakan “Wah, saya tidak bisa” atau “Wah saya ragu dapat menghadiri…”. Bila antum yakin bisa baru katakan “Insya Allah”. Dan janji harus ditepati.

lalu sekarang yang jadi bahan pertanyaan adalah “kadang2 temen2 ane tuh mengucapkan Insya Alloh tuh cuma sebagai penentram temen yang lain karena takut klo temen yg lain tsb kecewa.terus gimana??klo bilang langsung “tidak bisa” takut akan menyinggung atau nggak enak gitu lah.sifat orang khan beda2.apa yang harus kita katakan kepadanya agar tidak menyinggung tapi juga bukan janji??”

jawabannya

Pertama, jika pada dasarnya kemungkinan besar kita tidak bisa memenuhi permintaan tersebut tapi kita berkata Insya Allah yang artinya sebuah kepastian niat dan sebuah janji, kemudian saat hari H, orang tersebut tidak memenuhi permintaan tadi. Maka orang tersebut tidak menepati janjinya, justru orang yg punya permintaan tadi menjadi tersinggung. Ia pun jadi bergumam “Kemarin bilangnya Insya Allah koq sekarang tidak ada”

Kedua, bagaimana mungkin kita memakai nama Allah sekedar untuk membuat seorang manusia tidak kecewa?

Maka bila memang kemungkinan besar kita tidak dapat memenuhi permintaan tersebut, maka cukup katakan Wah ane ragu dapat menghadiri atau “Afwan, andaikan saja ane bisa….”, atau “Ane ingin sekali datang tapi ada hal yg tidak bisa ditinggalkan…” atau semacamnya dengan bahasa yang baik tanpa berdusta tentunya. Dengan demikian tidak ada janji terutang.

Dari pembelajaran di atas, kita dapat mengambil beberapa hikmah dari makna dan penggunaan kata­kata “insya Allah”,

kendati di masyarakat mengalami pergeseran makna, yaitu keyakinan yang kukuh, kerendahan hati (tawadhu’), perpaduan
usaha dan penyerahan diri. Marilah kita bersama­sama membudayakan penggunaan kata­kata insya Allah ini secara baik

dan tepat untuk kebaikan dan bukan sebaliknya sebagai “excuse” atau alasan untuk menghindari janji. Ucapan “insya Allah”
dalam kehidupan seharihari hendaknya tidak kita pergunakan untuk memastikan terjadinya sesuatu akan tetapi ucapkanlah
insyaAllah yang artinya “apabila Allah menghendaki atau mengizinkan”.

Mudahmudahan Allah SWT selalu membimbing dan menetapkan hati dan janji kita sebagai hambaNya yang beriman agar kita tidak tergolong ke dalam kaum munafik di mata Allah SWT. Amin

Leave a Reply